Sabtu, 12 Agustus 2017

AKU BUKAN KYAI –9
Episode: Surban Kyai Blekok


Hampir tiap sore di minggu kedua bulan ini selalu diguyur hujan. Kalau tidak sebelum magrib kadang setelah isya. Seperti malam ini, langit menangis sejak maghrib padahal sudah jam setengah sembilan. Malam ini aku ada janji dengan CakAli Sofiri akan ke pesantren KyaiZuhdi, Aku kuatir jalan raya banyak yang banjir dan kendaraan mogok sehingga mengganggu perjalanan kami ke pesantren.
Aku duduk di teras depan rumah menunggu CakAli datang samblil menikmati kopi "Tongkat Ali" oleh-oleh seorag teman dari Malaysia.Sayang Dji Sam Soeku tinggal bungkusnya saja. Mau melangkah ke warung malas, nanti sajalah sekalian ke luar. Aku perhatikan langit, tetes-tetes airnya mulai reda. Tidak lama kemudian Cak
Ali muncul di depan rumah membuka pintu pagar,
"Jadi ke Kyaiapa gak Kang?" Kata CakAli sambil duduk di kursi sampingku dan tangannya meraih gelas kopiku, menyeruputnya dengan pelan karena panas.Dikeluarkanya Sampoerna Mild dari sakunya. Ia mengambilnya sebatang dan menyulut ujungnya dengan Zippo. Dihisapanya pelan-pelan lalu dari mulutnya keluar asap bergulung-gulung. Ia letakkan bungkus rokok dan korek di dekat gelas kopi.
"Nanti agak malam aja , supaya air yang menggenang agak surut,"
"Kalau tantri abeng bilang apapaun masalahnyamanajemen solusinya, orang Gubeng bilang siapapaun wali kotanya ngatasi banjir masalah utamanya'KataCakAli sambil menghembuskan asap rokokanya.
Aku cuman tersenyum mendengarnya. Memang dia paling hobby banget kalau ngomentari kebijakan para elite.
"Kalau malam Kyai kan sudah tidak sibuk ngajar" Kataku sambil meraih rokok dan korek milik CakAli
"Tinggal sebatang Cak !" Katakusambil menunjukkan bungkus rokok kepadanya lalu kuremas dan kulempar ke tempat sampah yang tidak jauh dari kami duduk. CakAli mengangkat pantatnya, lalu memasukkan telapak tangannya ke saku samping celananya. Sebungkus Sampoerna Mild kini berda di tangannya dan meletakkanya di samping gelas kopi.
"Apa harus malam ini Kang?" TanyaCakAli
"Tidak juga, tapi sepertinya ada perasaan kuat untuk ke sana malam ini "Jawabku
" Apa mengenai masalah nanggap wayang di Masjid tahun depan?"
"Bukan"
"Lalu?"
"Ya pingin ke sana saja"
"Aneh"
"Benar aku juga merasa aneh, gak tau lah Cak, sejak setelah sholat tadai malam , ada perasaan kuat untuk ke sana malam ini, makanya aku minta sampean menemani"
"Kalau begitu kita berangkat sekarang saja, kita ambil jalan memutar biar gak kena banjir" KataCakAli
" Baiklah aku ambil jaket dulu dan kontak, kamu yang nyetir ya?"
"Beres, ini kopinya tak habisin ya?'"
"Yut!" Kataku sambil berdiri untuk mengambil jaket dan kontak di kamar.
Jam setengah sebelas akhirnya baru sampai di pesantren. Jam segini Kyai berada di rumah tidak di pesantren lagi. Tapi aku minta Ca kAli ke pesantren dulu menemui Mbah  Sastro . Tennyata benar Mbah  Sastro dengan santri senior sedang di pos jaga. Tampak di dekat Pos ada mobil avanza parkir mungkin Kyai sedang ada tamu. CakAli pun memarkirkan sepeda disamping mobil itu
"Assalamu'alaikum " sapaku begitu mereka mendekatiku. Mereka menjawab salamku dan kami saling berjabat tangan.
"Mau ketemu Kyai ya Mas"
“Tampaknyaada tamu ya Mbah ?"
"Ya, baru sajamasuk lima orang tampaknya jamaah pengajian, seragamnya putih putih"
"Dari mana mereka?" Tanyaku sekedar iseng Tanya.
"Seperinya mereka baru kesini pak sayatidak mengenal mereka”, Kata santri senior
"Tapi aneh Mas, merekadengan halus menolak kami antar menemui Kyai," Kata santri yang berusia sekitar dua puluhn itu.
"Perasaan sayatidak enak Mas, tadi kelihatan langkah mereka seperti terburu, ayo kita ke sana Mas" Ajak Mbah  Sastro sambilberjalan menju rumahKyaiyang letakanya cukup jauh meski dalam satu komplek. Kami pun mengikuti Mbah  Sastro yang berjalan agak cepat menuju rumah besar itu. Aku pun merasa aneh karena pintu utama tertutup ,kaca jendela pun tertutup korden. Setelah gak dekat tampak bayangan orang sedangbergerak dan seperti orang terpental. Mbah  Sastro  tiba-tiba seperti mluncur dan sudah berada di depan pintu. Karena tidak bisa dibuka, Mbah  Sastro membetangkan tangannya.
"Bbraakk !" Kedua daun pintu itu jebol terkena dorongan tanganya dan meluncur ke dalam rumah beberapa meter mengenai salah seorang tamu hingga clurit di tangannya terjatuh. Seluruh mata tamu memandang kami.
Tampak Kyai sedang duduk bersila di sofa dengan kanan bersdekap.
" Kurang ajar!" Bentak Mbah Satro tepat di depan pintu. Di belakangnya CakAli juga sudah pasang kuda-kuda
" Kamu jangan mendekat, lebih baik ke belakang rumah dan pastikan Bu Nyai aman juga jangan gaduh agar santri lain tidakdengar" Kataku kepadaa santri senior itu untuk menyingkir agar aman. Dia pun tanpa bicara langsung lari ke belakang rumah Kyai.
Tampakanya para pengeroyok Kyai gugup , gentar,dan panik. Pilihan mereka hanya menyerang kami untuk bisa kabur. Mereka bergerak menyerang dengan celurit yang mengilat putih kehitaman.Dua orang menyerang Mbah Sastro, dua orang menyerbu Cak Ali, dan satu orang lagi yang tadi terkena pintu segera mengambil celuritnya manatapku. Aku grogi juga karena tidak pernah berkelahi apalagi lawan memegang clurit dan aku tidak memegang tongkat atau penthungan. Tanpa kusadari aku mundur satu langkah. Tiba-tiba aku jadi ingat silat yang diajarkanKyai shofi dan surban yangada dileherku. Aku tarik surbanku denganmembaca laquah. Kedua ujungnya aku pegang dengan kedua tanganku. Aku mendur beberapa langkah ke teras agar leluasa bergerak atau menghindar. Orang itu mendekat dengan langkah dan kuda-kuda rendah.
"Hati-hatijangan sampai kabur!" Kata CakAli sambil berkelit menghindari sebetan celurit diperutnya. Tampak celurit mengenai cendela mancep di kayu . Selagi akan dicabut
"Buggh!"tendangan CakAli telak mengenai dadanya membutnya terpental jatuh menjerit cukup keras dantidak bergerak lagi.
"Hiaatt.. ! " Tiba-tiba musuhku melompat dengan sangat cepat sambil membacok ke arah leherku dan tendang
an ke arah perutuku. Aku maju selangkah dengan agak serong menghindari tendangan sekaligus memapak clurit dengan surban yang aku bentangkan dengan kedua tangan. Aneh, surban tidak putus atau sobek berpapasan dengan celurit. Justru musuhku malahterdorong beberapa langkah ke belakang. Kesempatan ini aku gunakanuntukmengibaskan surbanku sekeras mungkin dengan melepas salah satu ujungnya ke arah kepala.
"Ctarr..! Aakhh..! “ Orang itu menjerit dan ambruk dengan kepala berdarah retak dan dlosor mati seketika. Aku takut dan gemetar. Tubuhku menggigil.
"Astaghfirullah hal adziem" Air mataku keluarmenangis ketakutan.
Mendengar aku istighfar Mbah  Sastro , CakAli,dan KyaiZuhdi keluar dari rumah. Tampak ketiga musuh di dalam berdiri kaku dengan mata melotot. Aku tidak tahu apayang dilakukan Mbah Sastro dan CakAli kepada mereka.
"Maafkan saya pak,.. ". Aku bersujud menangis sesenggukan di depan musuhku yang telah mati.
"Sudahlah, Dimas, ini bukan kesalahan Dimas,..semuanya nanti aku yang bertanggung jawab kepada polisi maupun kepada keluarganya" Kata Kyai
"Biarkan semua pada tempatnya sampai polisi datang " Kata Kyai sambil mengambil handphone dan menghubungi polisi. Aku dibangkitkan oleh Mbah  Sastro  dan dituntun duduk di shofa. CakAli duduk di sampingku. Dibawah kaki CakAli tampak musuhnya yangtadi kena tendangannya tergeletak dengan mata melotot.
"Tenanglah kang, aku juga kali ini membunuh orang" KataCakAli
"Percayalah, semuanya akan baik-baik saja, tidak ada yang akan dipenjara, kita membela diri, ini di dalam rumah Kyai, lagi pula mereka semuanya bersenjata" Kata Mbah  Sastro .
"Sebentar lagi polisi datang, buka totokanmereka sebelum polisi datang" KataKyai. Mbah Satro dan CakAli menghampiri mereka dan membuka totokan mereka. Tapi mereka masih tetap lunglai duduk ndeprok di tempat masing-masing.
"Diam kalian semua, sekalisaja bersuara atau berdehem aku habisi seperti kedua temanmu itu" Mbah  Sastro mengancam dengan mata melotot. Mereka menunduk gemetar. Tidak lama kemudian terdengar suara sirene meraung-raung . Dua kijang terbuka dan satu sedan masuk. Beberpa polisi turun berhamburan dan segera mengepung rumah Kyai. Para santri yang sedang istiraht malam pun berhamburan keluardari kamar masing-masing.
Kyai Zuhdi dengan sangat wibawa berdiri di depan rumahmemberi isayarat agar para santri mundur untuk memberi jalan polisi karena para santri mengira polisi akan menangkap Kyai.
*****


0 komentar:

Posting Komentar