Sholat 5 Waktu

tambah sholat sunnah dan tahajud itu malah lebih baik

Guru Berpengalaman dan Sabar Dalam Pengajaran

Siswa - Siswi yang berdedikasi tinggi dan bermotivasi tinggi dalam pembelajaran

Kesabaran Yang Tiada Henti

Tak selamanya hidup ini abadi , hanyalah "perubahan" yang tidak akan berhenti karena sebuah perubahan itu kekal

Rumah kita sendiri

layaknya istana pribadi bila semua kita iklhasi

Pendidikan perlu keimanan

Hidup tanpa iman, sama halnya berjalan menyusuri kegelapan tana arti

Minggu, 16 Januari 2022

LANTUNAN AR RAHMAN

 


LANTUNAN AR RAHMAN


Episode: Getar Indah di Rapat IPNU-IPPNU

 

Rapat di rumah Mahzum di gelar dihalaman rumahnya yang luas. Hamparan karpet dan tikar penuh dengan pemuda-pemudi yang rata rata masih pelajar tingkat SMA, hanya beberapa yang sudah duduk di perguruan tinggi termasuk Hasanah, Mahzum dan Syifa. Mereka  baru semester dua. Periode depan tentu mereka bukan lagi IPNU-IPPNU, tapi masuk Fatayat dan GP Anshor. Maka di IPNU-IPPNU mereka dianggap senior.

Mereka duduk melingkar. Tampak Syifa duduk berdampingan di sebelah kanan Mahzum dengan jarak sekitar setengah meter. Di sebelah kanan Syifa Hasanah, kemudian anggota IPPNU yang lainnya duduk memutar. Begitu pula anggota IPNU, duduk melingkar mulai dari samping kiri Mahzum.

"Baiklah teman-teman, akan saya bacakan keputusan rapat kita pada malam ini sebelum kami tandangani untuk disampaikan pada rembug desa lusa,..." Syifa menghentikan ucapannya karena ada sepeda motor yang berhenti di pintu gerbang halaman tempat mereka rapat.

Hampir semua yang hadir menoleh ke arah pintu gerbang tidak terkecuali Mahzum sang Ketua. Ia segera bangkit dari duduknya begitu tahu yang datang adalah Rizal dan Huda untuk menyambutnya. Mahzum sangat gembira seniornya datang, ia dahulu adalah anggota ketika Rizal jadi Ketuanya.

"Hentikan dulu, bisik Mahzum kepada Syifa ketika akan berdiri menyambut Rizal dan Huda.

Sebelum Mahzum melangkah, anggota yang duduk disamping Mahzum menggeser tempat duduknya dan ada pula yang berdiri pindah tempat duduk. Mereka memberi ruang untuk duduk Rizal dan Huda nanti.

" Assalamu'alakum Mas Rizal, Mas Huda... Senang sekali bisa datang  mari bergabung.." Mahzum mendahului memberi salam kepada mereka sambil mendekati mereka yang sedang memarkirkan kendaraannya.

"Wa'ailakum salam... " jawab Rizal dan Huda.

"Monggo Mas,..." Kata Mahzum sambil mengarahkan ujung jempol tangannya ke arah tempat rapat dengan empat jari lainnya di tekuk.

"Silahkan ikuti saya " kata Mahzum sambil berjalan ke tempat dimana ia tadi duduk di ikuti Rizal dan Huda.

"Assalamualaikum" sapa Rizal ketika kakinya menginjak karpet yang di gunakan mereka duduk setelah melepas alas kakinya.

"Wa'alaikum salam" jawab seluruh yang hadir kompak.

Rizal dan Huda berjalan membelah karpet mengikuti Mahzum. Mahzum duduk di tempat semula di ikuti Rizal dan Huda. Sebelum duduk disamping Mahzum, Rizal sempat menganggukkan kepala menyapa Syifa dan Hasanah. Ketika mata Rizal beradu dengan Syifa, Rizal segera mengalihkan pandanganya. Hati Rizal berdegup. Masya Allah, cantik, anggun dan teduh. Baru kali ini ia bisa melihat dari dekat meski beberapa detik saja. Maklum ketika MTs dan MA Syifa sekolah di Jombang sekaligus mondok di Tebuireng, sedang ia sendiri selepas SMA kembali ikut ayahnya di Surabaya sampai selesai kuliah.

Mahzum segera mengangkat tangan sejajar dengan dadanya dengan semua ujung jari ke arah Syifa, lalu mengangguk memberi kode untuk melanjutkan.  Syifa membalas dengan menganggukkan kepala lalu melihat layar laptopnya.

"Bab..bab.. baiklah, saya bacakan keputusan rapat malam hari ini.... " Jelas sekali Syifa agak gugup entah mengapa, meski pun akhirnya ia dapat membacakan dengan lancar.

Setelah selesai Syifa membacakan seluruh keputusan rapat, Mahzum duduk tegak memandang seluruh yang hadir lalu berkata,

"Sebelum saya minta persetujuan dari semaua yang hadir, kami minta saran dulu kepada senior kita, Mas Rizal ini dulu yang paling berhasil membawa IPNU saat beliau menjadi ketua dan saat itu saya di seksi sosial... Monggo Mas Rizal atau Mas Huda, dipersilahkan"

Huda tersenyum kepada Mahzum sambil  memberikan jempolnya ke arah Rizal, sebagai kode Rizal saja yang menyampaikannya. Mahzum mengangguk lalu mempersilahkan Rizal dengan kode ujung jempol kanannya.

Rizal memperbaiki duduknya sambil menarik nafas kemudian berkata,

"Terima kasih kepada pimpinan IPNU-IPPNU serta semua Anggota yang hadir, ... Terlepas dari siapa PLt Lurah atau Kades yang kalian dukung dan telah diputuskan di rapat ini, saya merasa keputusan tadi sudah bagus dan mewakili aspirasi yang hadir, hanya saja kalau boleh saran untuk keputusan point 3,.... Maaf adik Syifa, kalau boleh coba dibacakan lagi,... " Rizal menoleh ke arah Syifa di samping kanannya di batasi jarak setengah meter dan Mahzum yang berada tepat disamping kanannya. Syifa menoleh ke arah Rizal meskipun dari tadi ia memperhatikan dengan ekor matanya. Ia menoleh karena namanya di sebut dengan panggilan adik Syifa. Ada rasa yang berbeda di hatinya. Entah apa.

" E...ee, iya baik, Mas " jawab Syifa lalu melihat lagi layar laptopnya dan membacakan yang di minta Rizal.

"Point tiga,... Adapun masalah dugaan penyelewengan uang pajak,..." Syifa menghentikan ucapannya dan terdengar menarik nafas karena nadanya sedikit bergetar, lalu melanjutkannya.

"Adapun masalah dugaan penyelewengan uang pajak dan atau uang kas desa kami serahkan kepada pemerintah desa untuk diproses secara hukum."

"Terima kasih adik Syifa, kalau boleh saya saran point itu dihapus dan atau tidak disertakan sebagai keputusan rapat. Alasannya adalah itu masih issue dan dugaan , belum ada bukti serta ada pihak yang melapor secara hukum, jadi organisasi ini setidaknya tidak menjadi pioner su'udhon atas sesuatu yang belum jelas"

"Maaf Mas Rizal, tapi sudah menjadi rahasia umum dan masyarakat sudah mendengar" sela seorang anggota IPNU.

"Benar, kita semua mendengar, tapi adakah yang tahu kita mendengar dari siapa, lalu apa buktinya? Maksud saya karena organisasi ini adalah organisasi yang mulia dan berbadan hukum maka adalah kewajiban kita untuk menjaga wibawa organisasi dengan tidak mudah menerima provokasi dan issue yang belum jelas kebenarannya. Saya sangat setuju kalau IPNU-IPPNU turut menyelidiki kebenaran sehingga mendapat bukti kemudian bukti-bukti itu kita gunakan untuk bertindak, Bagaimana?"

"Saya setuju" Kata Hasanah sambil mengacungkan tangan.

"Saya juga" suaranya terdengar pelan, Syifa mengacungkan tangannya disusul Mahzum mengacungkan tangan lalu seluruh yang hadir mengacungkan tangan. Hanya Huda yang tidak mengacungkan tangan karena matanya sedang menyelidik  siapa dua orang yang jongkok di balik pintu gerbang kemudian pelan-pelan meninggalkan tempat.

"Baiklah, kita sepakat ponit tiga dihapus dari keputusan rapat kita malam hari ini, dan marilah kita tutup rapat ini dengan membaca hamdalah dan wal ashri..." Kata Mahzum menutup rapat. Semua yang hadir membaca membaca hamdalah dan surat Al 'Ashr bersama sama.

"Allahumma sholli 'alaa  Muhammad...!" seru Mahzum. Hadirin serentak bangun meninggalkan majlis.

Hanya beberapa orang pemuda pemudi yang masih tinggal untuk membersihkan tempat dan melipat semua tikar dan karpet yang tadi digelar untuk duduk. Mereka membawa masuk karpet yang telah digulung dan tikar yang telah dilipat dengan rapi itu ke dalam rumah Mahzum. Hanya karpet merah yang masih digunakakan duduk Hasanah, Syifa, Mahzum, Rizal dan Huda yang mereka tinggalkan.

Mahzum merangkak dari tempat duduknya maju beberapa langkah lalu menghadap ke tempat temannya sehingga kini Rizal bersebelahan langsung dengan Syifa. Kini  Rizal dapat sesekali melihat Syifa yang banyak menunduk sambil sesekali sedikit menoleh ke arah Rizal.

"Silahkan, Mas Rizal dan Mas Huda teh masih hangat dan jajan masih banyak" Kata Mahzum sambil mendekatkan sepiring kacang rebus.

"Yang cewek ini saja, jeruk madu, biar tambah seger dan manis, kalau kacang katanya takut keluar kukul alias jerawat... Hehehe" sambung  Mahzum, tertawa sambil merangkak mendekatkan sepiring jeruk madu di depan Syifa dan Hasanah.

"Berarti mending makan kukul dari pada pada beli kacang..." kata Huda sambil mengambil sebiji kacang dan membuka kulitnya lalu dimasukkan ke mulutnya.

"Kok bisa,...?" Tanya Rizal sambil melihat Huda yang mulutnya sedang mengunyah kacang. Tampak Huda menelannya lalu berkata,

" Karena kalau makan kukul keluar kacangnya, gak usah beli kan? Hehehehe" Kata Huda lalu tertawa. Mahzum dan Rizal tertawa. Hasanah dan Syifa hanya tersenyum.

"Kalau gitu, jeruk madunya taruh sini Zum, bahaya kalau dimakan mereka" Kata Rizal sambil menatap Mahzum. Tangannya menunjuk sepiring jeruk dan mengalihkan pandangannya ke arah piring di depan Syifa. Syifa menggeser piring jeruk di depannya dengan tangan kirinya karena jauh dari jangkauan Mahzum ke arah Rizal di sampingnya. Syifa mengira Rizal ingin mengambil jeruk. Ketika Syifa  mengangkat wajahnya, pandangannya bertemu dengan mata Rizal yang melihat wajahnya. Syifa segera menunduk dan  Rizal segera megalihkan pandangannya ke jeruk. Hati Syifa bergetar. Jantung Rizal berdebar.

"Emangnya, kalau mereka makan jeruk madu kenapa, Mas?" Tanya Mahzum.

"Anu... Mmmmm, mereka nanti tambah manis, nanti banyak semut yang merubung " Jawab Rizal menutupi gugupnya. Mahzum dan Rizal tertawa. Hasanah tersenyum sambil melihat Syifa yang tertunduk dan tersenyum pula. Huda menepuk pundak Rizal.

"Dasar Don Juan... pintar mengambil hati wanita" Kata Huda.

"Emang Mas, mereka banyak semut hitamnya, pada krubung..." Kata Mahzum. Mendengar itu Hasanah melempar Mahzum dengan sebungkus tissue yang ada di depannya. Mahzum tampak menghindar sambil cengengesan.

"Maaf, sudah jam sembilan kami pulang duluan" Kata Hasanah sambil berdiri diikuti Syifa. Rizal dan Huda juga berdiri diikuti Mahzum.

"Saya antar sampai gang rumahmu ya Fa, sebentar saya ambil kunci sepeda motor" Kata Mahzum sambil melangkahkan kaki menuju rumah. Tapi pundaknya di pegang Huda.

"Biar aku dan Rizal yang mengantar, Kami searah" Kata Huda.

"Terima kasih, saya berani sendiri kok" Kata Syifa sambil berjalan mengikuti Hasanah.

“Masih takut berdua maksudnya ya, Fa?” Tanya Hasanah , tersenyum membalikkan badan melihat Syifa dengan mata mengerling lalu berjalan menuju kendaraannya.

"Saya dan Huda tidak mengantarmu  Dik Syifa, hanya mengikutimu sampai kamu masuk Gang menuju rumahmu... mari silahkan" Kata Rizal sambil memakai sandal berdiri di sebelah Huda.

"Zum, terima kasih...Asalamu'alikum" Kata Syifa berjalan menuju sepeda motornya mengikuti Hasanah. Rizal dan Huda berjalan di belakang mereka keluar pagar menuju Varionya.

******