LANTUNAN
AR RAHMAN
Episode: Getar
Indah di Rapat IPNU-IPPNU
Rapat di
rumah Mahzum di gelar dihalaman rumahnya yang luas. Hamparan karpet dan tikar
penuh dengan pemuda-pemudi yang rata rata masih pelajar tingkat SMA, hanya
beberapa yang sudah duduk di perguruan tinggi termasuk Hasanah, Mahzum dan
Syifa. Mereka baru semester dua. Periode
depan tentu mereka bukan lagi IPNU-IPPNU, tapi masuk Fatayat dan GP Anshor.
Maka di IPNU-IPPNU mereka dianggap senior.
Mereka
duduk melingkar. Tampak Syifa duduk berdampingan di sebelah kanan Mahzum dengan
jarak sekitar setengah meter. Di sebelah kanan Syifa Hasanah, kemudian anggota
IPPNU yang lainnya duduk memutar. Begitu pula anggota IPNU, duduk melingkar
mulai dari samping kiri Mahzum.
"Baiklah
teman-teman, akan saya bacakan keputusan rapat kita pada malam ini sebelum kami
tandangani untuk disampaikan pada rembug desa lusa,..." Syifa menghentikan
ucapannya karena ada sepeda motor yang berhenti di pintu gerbang halaman tempat
mereka rapat.
Hampir
semua yang hadir menoleh ke arah pintu gerbang tidak terkecuali Mahzum sang
Ketua. Ia segera bangkit dari duduknya begitu tahu yang datang adalah Rizal dan
Huda untuk menyambutnya. Mahzum sangat gembira seniornya datang, ia dahulu
adalah anggota ketika Rizal jadi Ketuanya.
"Hentikan
dulu, bisik Mahzum kepada Syifa ketika akan berdiri menyambut Rizal dan Huda.
Sebelum
Mahzum melangkah, anggota yang duduk disamping Mahzum menggeser tempat duduknya
dan ada pula yang berdiri pindah tempat duduk. Mereka memberi ruang untuk duduk
Rizal dan Huda nanti.
"
Assalamu'alakum Mas Rizal, Mas Huda... Senang sekali bisa datang mari bergabung.." Mahzum mendahului
memberi salam kepada mereka sambil mendekati mereka yang sedang memarkirkan
kendaraannya.
"Wa'ailakum
salam... " jawab Rizal dan Huda.
"Monggo
Mas,..." Kata Mahzum sambil mengarahkan ujung jempol tangannya ke arah
tempat rapat dengan empat jari lainnya di tekuk.
"Silahkan
ikuti saya " kata Mahzum sambil berjalan ke tempat dimana ia tadi duduk di
ikuti Rizal dan Huda.
"Assalamualaikum"
sapa Rizal ketika kakinya menginjak karpet yang di gunakan mereka duduk setelah
melepas alas kakinya.
"Wa'alaikum
salam" jawab seluruh yang hadir kompak.
Rizal dan
Huda berjalan membelah karpet mengikuti Mahzum. Mahzum duduk di tempat semula
di ikuti Rizal dan Huda. Sebelum duduk disamping Mahzum, Rizal sempat
menganggukkan kepala menyapa Syifa dan Hasanah. Ketika mata Rizal beradu dengan
Syifa, Rizal segera mengalihkan pandanganya. Hati Rizal berdegup. Masya Allah,
cantik, anggun dan teduh. Baru kali ini ia bisa melihat dari dekat meski
beberapa detik saja. Maklum ketika MTs dan MA Syifa sekolah di Jombang
sekaligus mondok di Tebuireng, sedang ia sendiri selepas SMA kembali ikut
ayahnya di Surabaya sampai selesai kuliah.
Mahzum
segera mengangkat tangan sejajar dengan dadanya dengan semua ujung jari ke arah
Syifa, lalu mengangguk memberi kode untuk melanjutkan. Syifa membalas dengan menganggukkan kepala
lalu melihat layar laptopnya.
"Bab..bab..
baiklah, saya bacakan keputusan rapat malam hari ini.... " Jelas sekali
Syifa agak gugup entah mengapa, meski pun akhirnya ia dapat membacakan dengan
lancar.
Setelah
selesai Syifa membacakan seluruh keputusan rapat, Mahzum duduk tegak memandang
seluruh yang hadir lalu berkata,
"Sebelum
saya minta persetujuan dari semaua yang hadir, kami minta saran dulu kepada
senior kita, Mas Rizal ini dulu yang paling berhasil membawa IPNU saat beliau
menjadi ketua dan saat itu saya di seksi sosial... Monggo Mas Rizal atau Mas
Huda, dipersilahkan"
Huda
tersenyum kepada Mahzum sambil
memberikan jempolnya ke arah Rizal, sebagai kode Rizal saja yang
menyampaikannya. Mahzum mengangguk lalu mempersilahkan Rizal dengan kode ujung
jempol kanannya.
Rizal
memperbaiki duduknya sambil menarik nafas kemudian berkata,
"Terima
kasih kepada pimpinan IPNU-IPPNU serta semua Anggota yang hadir, ... Terlepas
dari siapa PLt Lurah atau Kades yang kalian dukung dan telah diputuskan di
rapat ini, saya merasa keputusan tadi sudah bagus dan mewakili aspirasi yang
hadir, hanya saja kalau boleh saran untuk keputusan point 3,.... Maaf adik
Syifa, kalau boleh coba dibacakan lagi,... " Rizal menoleh ke arah Syifa
di samping kanannya di batasi jarak setengah meter dan Mahzum yang berada tepat
disamping kanannya. Syifa menoleh ke arah Rizal meskipun dari tadi ia
memperhatikan dengan ekor matanya. Ia menoleh karena namanya di sebut dengan
panggilan adik Syifa. Ada rasa yang berbeda di hatinya. Entah apa.
"
E...ee, iya baik, Mas " jawab Syifa lalu melihat lagi layar laptopnya dan
membacakan yang di minta Rizal.
"Point
tiga,... Adapun masalah dugaan penyelewengan uang pajak,..." Syifa
menghentikan ucapannya dan terdengar menarik nafas karena nadanya sedikit
bergetar, lalu melanjutkannya.
"Adapun
masalah dugaan penyelewengan uang pajak dan atau uang kas desa kami serahkan
kepada pemerintah desa untuk diproses secara hukum."
"Terima
kasih adik Syifa, kalau boleh saya saran point itu dihapus dan atau tidak
disertakan sebagai keputusan rapat. Alasannya adalah itu masih issue dan
dugaan , belum ada bukti serta ada pihak yang melapor secara hukum, jadi
organisasi ini setidaknya tidak menjadi pioner su'udhon atas sesuatu yang belum
jelas"
"Maaf
Mas Rizal, tapi sudah menjadi rahasia umum dan masyarakat sudah mendengar"
sela seorang anggota IPNU.
"Benar,
kita semua mendengar, tapi adakah yang tahu kita mendengar dari siapa, lalu apa
buktinya? Maksud saya karena organisasi ini adalah organisasi yang mulia dan
berbadan hukum maka adalah kewajiban kita untuk menjaga wibawa organisasi
dengan tidak mudah menerima provokasi dan issue yang belum jelas
kebenarannya. Saya sangat setuju kalau IPNU-IPPNU turut menyelidiki kebenaran
sehingga mendapat bukti kemudian bukti-bukti itu kita gunakan untuk bertindak,
Bagaimana?"
"Saya
setuju" Kata Hasanah sambil mengacungkan tangan.
"Saya
juga" suaranya terdengar pelan, Syifa mengacungkan tangannya disusul
Mahzum mengacungkan tangan lalu seluruh yang hadir mengacungkan tangan. Hanya
Huda yang tidak mengacungkan tangan karena matanya sedang menyelidik siapa dua orang yang jongkok di balik pintu
gerbang kemudian pelan-pelan meninggalkan tempat.
"Baiklah,
kita sepakat ponit tiga dihapus dari keputusan rapat kita malam hari ini, dan
marilah kita tutup rapat ini dengan membaca hamdalah dan wal ashri..." Kata
Mahzum menutup rapat. Semua yang hadir membaca membaca hamdalah dan surat Al
'Ashr bersama sama.
"Allahumma
sholli 'alaa Muhammad...!" seru
Mahzum. Hadirin serentak bangun meninggalkan majlis.
Hanya
beberapa orang pemuda pemudi yang masih tinggal untuk membersihkan tempat dan
melipat semua tikar dan karpet yang tadi digelar untuk duduk. Mereka membawa
masuk karpet yang telah digulung dan tikar yang telah dilipat dengan rapi itu
ke dalam rumah Mahzum. Hanya karpet merah yang masih digunakakan duduk Hasanah,
Syifa, Mahzum, Rizal dan Huda yang mereka tinggalkan.
Mahzum
merangkak dari tempat duduknya maju beberapa langkah lalu menghadap ke tempat
temannya sehingga kini Rizal bersebelahan langsung dengan Syifa. Kini Rizal dapat sesekali melihat Syifa yang banyak
menunduk sambil sesekali sedikit menoleh ke arah Rizal.
"Silahkan,
Mas Rizal dan Mas Huda teh masih hangat dan jajan masih banyak" Kata
Mahzum sambil mendekatkan sepiring kacang rebus.
"Yang
cewek ini saja, jeruk madu, biar tambah seger dan manis, kalau kacang katanya
takut keluar kukul alias jerawat... Hehehe" sambung Mahzum, tertawa sambil merangkak mendekatkan
sepiring jeruk madu di depan Syifa dan Hasanah.
"Berarti
mending makan kukul dari pada pada beli kacang..." kata Huda sambil
mengambil sebiji kacang dan membuka kulitnya lalu dimasukkan ke mulutnya.
"Kok
bisa,...?" Tanya Rizal sambil melihat Huda yang mulutnya sedang mengunyah
kacang. Tampak Huda menelannya lalu berkata,
"
Karena kalau makan kukul keluar kacangnya, gak usah beli kan? Hehehehe"
Kata Huda lalu tertawa. Mahzum dan Rizal tertawa. Hasanah dan Syifa hanya
tersenyum.
"Kalau
gitu, jeruk madunya taruh sini Zum, bahaya kalau dimakan mereka" Kata
Rizal sambil menatap Mahzum. Tangannya menunjuk sepiring jeruk dan mengalihkan
pandangannya ke arah piring di depan Syifa. Syifa menggeser piring jeruk di
depannya dengan tangan kirinya karena jauh dari jangkauan Mahzum ke arah Rizal
di sampingnya. Syifa mengira Rizal ingin mengambil jeruk. Ketika Syifa mengangkat wajahnya, pandangannya bertemu
dengan mata Rizal yang melihat wajahnya. Syifa segera menunduk dan Rizal segera megalihkan pandangannya ke
jeruk. Hati Syifa bergetar. Jantung Rizal berdebar.
"Emangnya,
kalau mereka makan jeruk madu kenapa, Mas?" Tanya Mahzum.
"Anu...
Mmmmm, mereka nanti tambah manis, nanti banyak semut yang merubung " Jawab
Rizal menutupi gugupnya. Mahzum dan Rizal tertawa. Hasanah tersenyum sambil
melihat Syifa yang tertunduk dan tersenyum pula. Huda menepuk pundak Rizal.
"Dasar
Don Juan... pintar mengambil hati wanita" Kata Huda.
"Emang
Mas, mereka banyak semut hitamnya, pada krubung..." Kata Mahzum. Mendengar
itu Hasanah melempar Mahzum dengan sebungkus tissue yang ada di depannya.
Mahzum tampak menghindar sambil cengengesan.
"Maaf,
sudah jam sembilan kami pulang duluan" Kata Hasanah sambil berdiri diikuti
Syifa. Rizal dan Huda juga berdiri diikuti Mahzum.
"Saya
antar sampai gang rumahmu ya Fa, sebentar saya ambil kunci sepeda motor" Kata
Mahzum sambil melangkahkan kaki menuju rumah. Tapi pundaknya di pegang Huda.
"Biar
aku dan Rizal yang mengantar, Kami searah" Kata Huda.
"Terima
kasih, saya berani sendiri kok" Kata Syifa sambil berjalan mengikuti
Hasanah.
“Masih
takut berdua maksudnya ya, Fa?” Tanya Hasanah , tersenyum membalikkan badan
melihat Syifa dengan mata mengerling lalu berjalan menuju kendaraannya.
"Saya
dan Huda tidak mengantarmu Dik Syifa,
hanya mengikutimu sampai kamu masuk Gang menuju rumahmu... mari silahkan"
Kata Rizal sambil memakai sandal berdiri di sebelah Huda.
"Zum,
terima kasih...Asalamu'alikum" Kata Syifa berjalan menuju sepeda motornya mengikuti
Hasanah. Rizal dan Huda berjalan di belakang mereka keluar pagar menuju Varionya.
******