Sabtu, 21 November 2015
AKU BUKAN KYAI -7 Episode: Kitab Walet Jat
11.20
No comments
AKU BUKAN KYAI -7
Episode: Kitab Walet Jati
Alhamdulillah sudah
dua hari ini tidak ada tamu yang datang mengeluhkan tentang penyakit atau masalah
keluarga. Aku dan istreiku jadi konsen mengerjakan baju penganten pelanggan.
Seperti jam 4 sore ini aku membantu mengawasi pegawai yang sedeng pasang
manik-manik agar sesuai dengan gambar desain rancangan isteriku. Hari ini aku
minta empat pegawai untuk lembur mengerjakan baju pengantin.
Aku lihat jam yang
menempel didinding tepat di atas mesin oberas menunjukkan pukul setengah lima ketika
terdengar ucapan salam dari ruang tamu. Isteriku segera bangkit dan menemuinya.
Tidak lama kemudian kembali menemuiku memberitahukan ada tamu yang mencariku. Begitu
sampai di ruang tamu alangkah kagetnya aku, Pak Tua tersenyum memandangku..
"Jangan
kaget Kyai, aku bukan hantu... Aku masih hidup, aku bukan hantu" Kata Mbah Sastro alias Pak Tua.
"Subhanallah,
benarkah panjenengan Mbah Sastro ?"
Tanyaku belum yakin sambil mengulurkan tangan dan dibalas dengan jabatan erat
olehnya.
"Benar Kyai"
"Kalau benar mengapa memanggilku Kyai"
" Maaf Kyai, eh maaf Mas Hanief " Katanya sambil melepaskan tanganku lalu duduk
"Lalu siapa yang tertabrak, semua orang melihat itu panjenengan Mbah "
"Itu orang gila yang tertabrak, aku hanya menggunakan raganya untuk menyerupaiku"
"Benar Kyai"
"Kalau benar mengapa memanggilku Kyai"
" Maaf Kyai, eh maaf Mas Hanief " Katanya sambil melepaskan tanganku lalu duduk
"Lalu siapa yang tertabrak, semua orang melihat itu panjenengan Mbah "
"Itu orang gila yang tertabrak, aku hanya menggunakan raganya untuk menyerupaiku"
"Apakah orang-orangnya
Mbah tahu kalau Mbah masih hidup"
"Tidak, dan
aku tidak ingin mereka tahu,... Aku juga tahu mereka dendam kepada Mas Hanief,
aku juga tahu apa yang terjadai di kedai es jus itu, aku bersyukur kedua murid
utamaku telah sadar dan sekarang menjadii murid Kyai Blekok " Katanya menjelaskan.
"Kanapa Mbah
? Maksudku kanapa Mbah melakukan semua
itu?" Tanyaku
"Aku
ingin, kembali ke jalan yang benar dan aku sekarang benar -benar telah siap"
Kata Mbah Sastro
"Mbah ,
mau minum apa?" Tanyaku menyadari tamuku belum disuguhi apapun.
"Apa saja,
terimakasih" Jawab Mbah .
"Sebentar
ya Mbah , " Kataku sambil bangkit untuk menemui isteriku. Aku minta isteriku
membuatkan kopi sekalian menyidiakan makan karena aku kuatir Mbah belum makan. Aku kembali ke ruang tamu.
"Kalau
boleh tahu, apa rencana Mbah selanjutnya?"
"Tolong bimbinglah
saya agar bisa kembali ke jalan yang benar"
"Baiklah Mbah
, tai bukan saya yang akan mengajari, Mbah akan saya antar ke Kyai Zuhdi di pesantren Sidoresmo
setelah maghrib ini kalau Mbah mau"
"Saya siap
Mas, terima kasih"
Isteriku mencul sambil membawa dua gelas kopi. Isteriku mempersilakan Mbah ke ruang makan karena makanan telah siap. Mbah menolak, tapi aku memaksa.
Isteriku mencul sambil membawa dua gelas kopi. Isteriku mempersilakan Mbah ke ruang makan karena makanan telah siap. Mbah menolak, tapi aku memaksa.
Ketika Maghrib
Mbah menolak ke masjid, takut membuat geger karena kemenculannya. Ia minta ijin
sholat di rumah. Akhirnya akupun tidak ke Masjid tapi sholat di rumh bersqma Mbah Sastro . Selsai sholat aku mengantar Mbah Sastro menemui Kyai Zuhdi. Mbah Sastro menutup wajanya dengan helm berkaca gelapa. Kyai
Zuhdi menerima dengan baik. Tentu aku tidak cerita siapa Mbah Sastro . Aku hanya menyampaikan Mbah ingin belajar.
Biarlah nanti Kyai
tahu siapa santri istimewanya yang sudah berumur lanjut itu dari Mbah Sastro sendiri. Aku di minta Kyai Bashori dtg menemuinya
dua hari yang lalu. Dlm hati aku menduga pasti tentang rencana menggelar wayang
di Masjid tahun depan. Ketika akan pulang, Mbah Sastro menghampiriku yang sudah duduk di atas sepeda
motor,
"Mas Hanief,
ajarilah cucuku yang masih ...Sangat muda itu supaya lebih dekat kepada Tuhan"
"Cucu Mbah
, bagaimena saya bisa menemuinya?"
"Mas Hanief
sudah pernah bertemu dengannya, Ratna Tunggadaewi, ia cucuku juga, kakekanya adalah
adik kandungku yang terakhir... Tolong berikan ini untuknya, Katakan jangan
smpai siapapan tahu tentang pemberianku. Kelak aku akan menemuinya sendiri.,"
Kata Mbah Sastro sambil meraih pinggang lalu mengluarkan dari balik
bajunya sesuatu yang dibungkus sapu tangan putih kecokalatan.
Dugaanku
sebuah buku, tapi aku tidak ingin menanyakan. Kuterima bungkusn itu dan aku
selipkan di balik bajuku di depan perutku. Lalu aku pamit. Sampai di rumah kebetulan
ada Cak Ali yang mencariku karena tadi maghrib dan isaya aku tidak sholat
jamaah di Masjid. Katanya Kyai Bashori menanyakan, makanya Cak Ali langsung ke
rmhku begitu selesai sholat isya.
"Darimana Kang "
" Pesantren, menemui Kyai Zuhdi"
"Lha Kata isterimu sama orang tua, siapa Kang"
"Darimana Kang "
" Pesantren, menemui Kyai Zuhdi"
"Lha Kata isterimu sama orang tua, siapa Kang"
"Ya
itu mengantar tamuku, oh ya punya nomor HP Ratna gak Cak"
"Punya,
ada apa Kang"
"Tolong
hubungi apa dia sekarang di Surabaya, aku ada perlu mendesak"
Cak Ali mengernyitkan Alis. Segera ia mengeluarkan HP dari kantong bajunya dan menghubungiya.
Cak Ali mengernyitkan Alis. Segera ia mengeluarkan HP dari kantong bajunya dan menghubungiya.
"Di
kemayoran" Katanya sambil menutup speaker hp-nya
"Suruh dia ke nasi bebek Bu Tumi, kita temui
dia sekarang" Kataku sambil berjalan ke luar menuju sepeda motor.
Dalam perjalan
Cak Ali menduga pencopet yang beberpa hari lalu dibuat babak belur akan balas
dendam. Aku hanya mengatakan nanti disana akan tahu jawabanya. Begitu aku
nyampe ternyata Ratna sudah duduk di warung dengan segelas teh hangat di depanya.
Rupanya dia telah pesan karena begitu kami duduk di samping kanan dan kirinya
tiga piring nasi bebek segera disediakan.
"Ada
perlu dengan saya pak?" Tanya Ratna sambil menggeser piring ke depannya
"Ya,
tapai kita makan dulu dengan tenang biar nikmat dan berkah" Jawabku.
Tampak Cak Ali tanganya sudah mssuk koboan lalu segera menyantapanya setelahi membaca
basmalah. Begitu pula Ratna makan dengan lahap. Kami makan tanpa berpakap-cakap.
Hah? Mereka sudah selesai. Padahal punyaku Masih seperempat piring. Mungkin mereka
sudah tidak sabar ingin tahu ada apa. Akupun segera menyelesaikan makanku.
Nikmat rasanya, terutama sambal koreknya. Begitu terasa.
Setelahi
cuci tangan aku segera mengeluarkan buku yang dibungkus sapu tangan putih
kecoklatn itu dr balik bajuku dan meletakkanya di depan Ratna.
"Titipan
dari seseorang untuk kamu" Kataku. Ratna menyentuhnya diikuti pandangn Cak
Ali kebenda trsebut.
"Apa
ini Pak, dari siapa"tanya Ratna.
"Aku
tidak tahu isinya, krn aku tidak punya hak membukanya, dan orang yang memberi
ini minta untuk dirahasiakan, kelak akan menemui Ratna sendiri" jawabku
"Baiklah
terima kasih, mari kita lihat apa isinya" Kata Ratna sambil membuka simpul
ujung sapau tangan yang membungkusnya. Benar dugaanku, buku. Sampulnya warna
biru pudar dimakan usia.
"Apa
ini artinya" Kata Ratna sambil menunjuk tulisn disampul buku itu. Tampak
deretan huruf tulisan tangan TELAW ITAJD. Aku mengernyitkan alis tak tahu maksudnya.
Kami hanya diam saling pandang.
"Walet
jati, bacanya di balik" Kata Cak Ali
"Benar"
Kata Ratna lalu dibukanya buku itu, tampak gambar orang sedang memperagakan
jurus.
"Apakah
pak Ali mengenal gerakan ini."Kata Ratna kepada Cak Ali. Cak Ali menggelengkan
kepala setelah mengamati beberapa halaman.
"Apakah
pak Hanief tahu artinya walet jati, apakah walet yang ada di pohon jati?"
Tanya Ratna
"Jati
yang dimaksud mungkin bukan pohon jati, tapi bahasa jawa jati yang artinya
sesungguhanya atau yang sebenarnya, kalau benar berarti artinya walet yang
sesungguhya"
Cak Ali
dan Ratna mengangguk-anggukan kepala.
"Saya rasa Ratna diminta untuk mempelajari ini, krna pesan pemberi buku ini jangan sampai orang lain tahu meskipun itu kakek Ratna sendiri"
"Baiklah pak Hanief, saya akan menjaga pesan itu, tapi saya akan minta bimbingan Pak Hanief dan pak Ali karena hanya bapak berdua yang tahu masalah ini" Kata Ratna sambil menutup dan membungkus kembali buku itu.
"Saya rasa Ratna diminta untuk mempelajari ini, krna pesan pemberi buku ini jangan sampai orang lain tahu meskipun itu kakek Ratna sendiri"
"Baiklah pak Hanief, saya akan menjaga pesan itu, tapi saya akan minta bimbingan Pak Hanief dan pak Ali karena hanya bapak berdua yang tahu masalah ini" Kata Ratna sambil menutup dan membungkus kembali buku itu.
*****
Hari ini, adalah tepat satu minggu Pak Tua berada di pesantren
Hari ini, adalah tepat satu minggu Pak Tua berada di pesantren
Aku baru
saja sampai di depan rumah setelah habis Isya tadi ke pesantren menemui Kyai Zuhdi
dan Pak Tua Alias Mbah Sastro . Tapi Kyai setelah maghrib tadi sudah berangkat ke Dander
Bojonegoro.
Ada Vario merah parkir di depan rumah, pasti ada tamu pikirku. Ternyata Cak Ali dan Ratna Tunggadaewi sudah duduk di ruang tamu
Ada Vario merah parkir di depan rumah, pasti ada tamu pikirku. Ternyata Cak Ali dan Ratna Tunggadaewi sudah duduk di ruang tamu
"Kemana
aja Kang, HP gak aktfi lagi " Tanya Cak Ali bgitu kpalaku nongol mlewati
pintu.
"Aku gak bawa HP Cak, dari pesantren... Tp Kyai lagi ada pngajian, Bagaimana dengan kitab pusaka itu, apa sdah dipelajari dengan baik" tanyaku kepada Ratna yang duduk di samping isteriku sambil memegang desain bajunya yang barusan digambar isteriku.
"Itulah keperluan saya kemari pak, saya gak paham, Pak Ali juga bingung dengan gerakan yang aku praktekkan dari kitab itu."
"Aku gak bawa HP Cak, dari pesantren... Tp Kyai lagi ada pngajian, Bagaimana dengan kitab pusaka itu, apa sdah dipelajari dengan baik" tanyaku kepada Ratna yang duduk di samping isteriku sambil memegang desain bajunya yang barusan digambar isteriku.
"Itulah keperluan saya kemari pak, saya gak paham, Pak Ali juga bingung dengan gerakan yang aku praktekkan dari kitab itu."
"Lha,..
kalau pendekarnya saja bingung, apa lagi saya yang bukan Pendekar, ....nggak
Pendek dan gak kekar" Kataku sambil melihat Cak Ali. Dia cuman tersenyum
manis. Itulah kehebaan Cak Ali, walau disinggung tetap tersenym manis. Tapi kalau
dia tersinggung, huhh jangan tanya, bisa-bisa ajur mumur kayak bubur sumsum
kesukaanya kalau pas giginya kumat!
(Tak udal udel sampean Cak, dari lontong balapa smpe nangis loro untu, ayo kapok tora?! )
(Tak udal udel sampean Cak, dari lontong balapa smpe nangis loro untu, ayo kapok tora?! )
"Menurut
analisa kalian, aneh dan gak bisa dipahaminya dalam hal apa? Apakah seperti terbalik?"
Tanyaku
"Terbalik?"
Kata Cak Ali dan Ratna berbarengan. Mereka saling pandang. Dan tiba-tiba Ratna berdiri lalu permisi mencari tempat yang
agk longgar. Dia segea kansentrasi lalu memainkan jurus silat yang indah lalu berhenti.
"Benar
pak Ali, terbalik, tapi kenapa tenagaku gak bisa keluar? Seprtinya ini gerakan
penutup?"
"Memang
di buku itu halaman berwpa" tanyaku
"Ya
halaman pertama lah, urut, Masak belajar gak urut... Apalagi ini jurus, gerakan
apa jadainya kalau gak urut" Jawabnya nyerocos. Untung kakeknya udah titip
untuk membimbing, kalau gak sudah tak bungkem
"Buktinya?... Gerakanmu salahkan? Makanya berapa?' Pertama?" Aku tatap wajahnya. Dia mengangguk.
"Cara membacanya adalah seperti Al Quran, halaman pertama adalah pada halaman yang terakhir !"
"Buktinya?... Gerakanmu salahkan? Makanya berapa?' Pertama?" Aku tatap wajahnya. Dia mengangguk.
"Cara membacanya adalah seperti Al Quran, halaman pertama adalah pada halaman yang terakhir !"
"Terma
kasih Pak Hanief, maaf, apakah bapak pewalet juga seperti Pak Ali? Apakah Bapak
juga telah mempelajari buku walet jati itu?" Tanya Ratna
"Bukan,
saya juga bukan orang yang suka mencuri ilmu, saya tahu karena yang memberikan
buku itu tadi memberitahuku untuk memberitahumu bagaimana mempelajarinya"
"Tadi
kang? Bukankah tadi dari Kyai Zuhdi, apakh beliau yang memberikanya?" Tanya
Cak Ali. Rupanya dia penasaran dari mana buku itu
"Bukan,
bukan beliau, itu saja jawabanku karna aku terikat janji" Jawabku kepada Cak
Ali. Cak Ali mengernyitkan Alis, aku tak tahu apa yang dipikirkan
"Baiklah
pak Hanief, saya permisi, saya pulang dulu untuk mempelajari buku itu dengan
baik, terima kasih, Assalaamialaikum" Kata Ratna lalu menemui isteriku untuk
bersalaman dan pulang untuk mempelajari buku walet jati itu.
Aku tidak
banyak belajar ilmu silat ketika muda. Meskipun Kyai shofi pernah mengajari beberapa
gerakan setelah aku menonton beberapa santri berlatih dibawah pengawasanya. Aku
memang kurang tertarik dengan ilmu silat. Aku lebih suka menghafal beberapa
ayat Al Qur'an, Hadits dan doa-doa. Menurut Kyai shofi aku berbakat tapi malas.
*****