Sholat 5 Waktu

tambah sholat sunnah dan tahajud itu malah lebih baik

Guru Berpengalaman dan Sabar Dalam Pengajaran

Siswa - Siswi yang berdedikasi tinggi dan bermotivasi tinggi dalam pembelajaran

Kesabaran Yang Tiada Henti

Tak selamanya hidup ini abadi , hanyalah "perubahan" yang tidak akan berhenti karena sebuah perubahan itu kekal

Rumah kita sendiri

layaknya istana pribadi bila semua kita iklhasi

Pendidikan perlu keimanan

Hidup tanpa iman, sama halnya berjalan menyusuri kegelapan tana arti

Senin, 20 Juni 2016

BELAJAR TERAS MUSHOLA 4



BELAJAR TERAS MUSHOLA 4
Episisode: Mintalah, maka dia akan memberimu
                   Berilah, maka Dia akan mencukupkanmu

Sebagian para jama’ah sholat Shubuh sudah duduk melingkar di teras mushola mengelilingi kopi dan beberapa piring jagung juga ketela rebus yang sudah di tata rapi oleh kang Mi’an dan putranya. Memang Ahad Shubuh ini giliran Kang Mi’an yang menyediakan kopi.
Tampak Kyai Semar sudah menyelesaikan wiridnya dan berjalan menuju teras mushola.
“Wah, sudah pada ngumpul rupanya ini” kata Kyai Semar begitu sampai diteras mushola sambil mengambil tempat untuk duduk bersila di samping Kang Tarjo.
“Monggo Yai” kata Kang Tarjo sambil meletakkan secangkir kopi di depan Kyai semar dan mendekatkan dua piring ketela dan jangung rebus yang masih hangat.
“Terma kasih,... Bismillahirrohmanirrohiem” Kyai semar mengangkat cingkir kopinya dan menyeruput lalu meletakkan kembali di tempat semula.
“Kok Kang Dasran tidak kelihatan, apa dia baik-baik saja” Tanya Kyai
“Dia sedang repot Kyai, mengantarkan anak laki-lakinya ke kota cari kos-kosan, anaknya di terima di Politeknik” kata Kang Mi’an menjelaskan
“Bukankah istrinya juga sedang sakit?” tanya Kang Jarot
“Benarkah?” tanya Kyai
“Benar Kyai, tapi isterinya menolak di bawa ke rumah sakit” Kata Kang Makbul
Tampak Kyai semar diam mengangguk-anggukkan kepala. Dan tidak lama kemudian mengusapkan tangan kanannya ke wajahnya sambil menarik nafas. Kemudian berkata,
“Begini bapak-bapak sekalian..., itulah contoh perjuangan dan pengorbanan seorang Ibu, dia tidak mau dibawa ke rumah sakit karena putranya butuh biaya yang tidak sedikit untuk belajar...., Saudara kita Pak Dasran sedang kesulitan, maka kita wajib membantunya. Apa kita tidak malu minta kepada Allah  agar kita diberi kebahagiaan dunia akhirat, padahal kita sendiri tdak mau membantu kesulitan saudara kita.
Rasulullah SAW bersabda: 
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan menyelesaikan kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR. Muslim)
Di teras ini minggu kemarin juga sudah kita pelajari bersama bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ فِى حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ

Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu keperluannya. (Muttafaq 'alaih)

Nah, sekarang apa gunanya kalau kita “ngaji kalau tidak ngiji”, apa gunanya kita membaca Al Qur’an dan hadits kalau tidak kita amalkan, tidak kita praktekkan,... Pak Mi’an, tolong sampaikan kepada jama’ah, dari rumah ke rumah untuk membantu Pak Dasran dan keluarganya, dan sebelum pak Mi’an keliling, tolong ke rumahku terlebih dahulu” Kata Kyai sambil menatap Kang Mi’an.
“Maaf Kyai, sebelum di dahului panjenengan, ini kebetulan saya bawa uang. Tadi malam juragan Harto menebas seluruh kebun jagung saya” Kata Gus Jack sambil menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah. Kyai Semar  hanya mengangguk dan tersenyum.

BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 3



BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 3
Episode: DARUSAN BERSAMA  KYAI SEMAR
Jika Puasa, Apakah Kita Merasa Lebih Hebat dari Orang Yang Tidak puasa ?

Sejak memasuki sepuluh Ramadahan terakhir, jama’ah laki-laki sholat tarawih di Mushola Kyai Semar hanya tinggal tiga shof, itu pun shof ketiga tidak penuh. Maklumlah, biasa, namanya juga babak final, pesertanya pasti sudah banyak yang gugur. Sudah banyak yang dikalahkan oleh seribu alasan, terutama shoping untuk persiapan Lebaran. Apalagi mumpung  musim diskon. Lha, masak Tarawihnya gak didiskon juga?

Kalau Jama’ah yang lain banyak yang Istirahat tarawih, Justru Kang Bejo malah tampak semangat ikut tarawih. Bahkan sebelum Maghrib dia sudah membantu menata ta’kjil. Padahal  dari awal puasa dia tidak tampak batang hidungnya. Tetapi seperti ada yang aneh pada Kang Bejo, ketika menata ta’jil, raut mukanya kelihatan sedih dan matanya berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak jatuh. Tetapi kekuatan fisik dan mentalnya tidak mampu menahan, air mata yang hanya beberapa tetes itu tidak bisa dibendung. Menetes, mengalir. Semua itu tidak luput dari pengamatan Sang Kyai Semar.
Malam ini sholat tarawih sudah selesai, sebagian ada yang langsung pulang dan sebagian ada yang mengambil Mushaf Al Qur’an kemudian duduk melingkar di Mushola itu untuk darusan. Tampak Kang Bejo, Kang Lukman, Kang Hardi dan Gus Jack berada diantara jama’ah yang akan darusan itu. Begitu Jama’ah hendak memulai darusan, terdengar ada suara berdehem. Semua jamaah yang akan darusan segera berpaling ke arah suara berdehem di Imaman, rupanya Kyai Semar yang berdehem dari imaman. Semua sudah maklum, pasti Kyai akan menyampaikan sesuatu.
“Bapak-bapak dan saudara, malam ini saya akan ikut darusan. Tapi Al Qur’annya ditutup dulu saja” Kata Kyai sambil membetulkan duduk bersilanya. Para jama’ah saling pandang karena heran atas ucapan Kyai. Darusan kok disuruh nutup Al Qur’an.
“Ma’af Kyai,.. Darusan kok Qur’anya ditutup? Kita ini tidak ada yang hapal Kyai, apalagi kita sekarang sudah sampai Juz 19, Juz Amma saja tidak hapal” Kata Gus Jack
“Hehehehe.... siapa yang ngajak hapalan?.... Darusan itu artinya belajar, belajar itu tidak hanya membaca dan menghapal cah bagus... tetapi juga memahami dan menerapkannya...”
“Nggih Kyai...” Kata Gus Jack
“Nah, salah satu bukti kita belajar al qur’an itu adalah kita rela melaksanakan perintahNya, termasuk puasa Ramadhan. Apakah diantara kalian tidak ada yang mokel, membatalkan puasa sampai saat ini?”
“Al hamdulillah tidak, Kyai” kata Gus Jack
“Saya juga Kyai” timpal Kang Hardi
Kyai manggangguk anggukan kepala lalu melihat Kang Bejo yang menundukkan kepala.
“ Kamu kenapa kok kelihatan sadih Kang Bejo, apakah karena Ramadhan hampir habis?” Tanya Kyai
Kang Bejo tidak segera menjawab. Ia mengangkat kepalanya perlahan lalu menatap Kyai dan mengangguk.
“Memang begitulah seharusnya watak orang mukmin, merasa sedih jika ramadhan akan berakhir, sehingga lebih giat ibadah”
“Bukan, bukan begitu Kyai...,  saya sedih karena tidak pernah bisa puasa sebulan penuh kyai, beberapa tahun lalu hingga tahun kemarin saya cuman bisa puasa lima hari. Baru Ramadhan ini saya usahakann agar bisa sepuluh hari”
“Kenapa begitu Kang Bejo, Apakah kang Bejo tidak takut dosa?” tanya Kang Hardi
“itulah yang membuat saya sedih kang Hard, Kang Hardi kan tahu saya ini pekerja kasar dan berat,seharian di bawah terik matahari di proyek bangunan di kota. Kalau saya puasa saya tidak bisa bekerja, itu berarti anak-anak dan isteri saya tidak bisa makan sahur dan buka,...”
“Bejo............ Bejo. Benar-benar yang bejo itu bukan hanya namamu Bejo, tapi juga iman dan Islammu, Setelah darusan ini mampirlah ke rumah, tadi ada titipan dari Petruk, ambillah hakmu” Kata Kyai
“Maaf kang Bejo, ijinkan saya yang membayar fidyahmu selama dua puluh hari itu” Kata Kang Lukman
“Dan ijinkan pula saya untuk membayar upah kerjamu selama sepuluh hari yang kau tinggalkan untuk puasa ini” Kata Gus Jack
“Hehehehe... Bagaimana darusannya, lebih khusuk dan syahdu kan?” Kata Kyai semar sambil bangkit dari duduknya.
(Kyai Semar segera pulang dan membuka facebook ingin tahu apa jawaban dan  komentar mereka yang ikut darusan kali ini).






BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 2



DARUSAN BERSAMA KYAI SEMAR
­Episode: Jangan Heran Kalau Mereka Benci Islam

“Stop, stop, stop... mandeko diluk...”
Tiba-tiba Kyai Semar yang dari tadi bersila di depan imaman sambil menyimak orang-orang yang sedang darusan sehabis tarawih itu memerintahkan untuk berhenti. Kang Lukman yang sedang membaca saat itu pun langsung berhenti. Semua orang yang tadi duduk melingkar itu pun segera menghadap ke arah Kyai Semar.
“apakah ada bacaan yang salah Kyai?” tanya Kang Lukman
“Enggak... gak ada yang salah,.... apakah yang terakhir kamu baca itu surat Al Baqarah ayat 97?” tanya Kyai semar. Mereka masing-masing segera melihat ke Al Qura’an yang mereka pegang.
“Benar Kyai...”
“Tadi sore saya melihat berita di tipi, masih ada juga sekelompok orang yang menampilkan wajah Islam dengan wajah kekerasan, yang sebenarnya wajah yang tidak sesuai dengan nama Islam, nama yang penuh rahmat, kasih sayang.... Apakah kalian tadi tidak ada yang melihatnya di tipi?”
“Saya tadi tidak lihat berita Kyai, kalah sama isteri dan ibu mertua yang cinta sama sinetron” Jawab Gus Jack
“Lalu apa hubungannya dengan ayat yang saya baca tadi Kyai” tanya Kang Lukman
“Gak ada hubungannya blass!” Jawab Kyai sambil tersenyum. Senyum khas Kyai yang mempesona, senyum yang membuat beliau dijuluki Kyai Semar Mesem, yang kemudian lebih populer disebut Kyai Semar. Banyak yang terperangah atas jawaban Kyai. Karena sebelumnya mereka mengira Kyai akan menjlentrehkan ayat-ayat yang baru saja dibaca.
“Begini para dulur semua” Kata Kyai selanjutnya,
“Aku cuman ingat sebuah hadist yang dibawa oleh seorang mantan tokoh yahudi ketika Rasulullah SAW pertama kali datang Hijrah ke Madidah, Sebagaimana terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat yang tadi kalian baca itu..
عن أبي يوسف عبد الله بن سلام رضي الله عنه قال: لما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس قِـبَـله، وقيل: قد قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم -ثلاثا-، فجئت في الناس لأنظر، فلما تبينت وجهه عرفت أن وجهه ليس بوجه كذاب، فكان أول شيء سمعته تكلم به أن قال: (يا أيها الناس: أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلُوا الأرحام، وصلّوا بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام) رواه أحمد والترمذي والحاكم، وصححه الترمذي والحاكم ووافقه الذهبي
Dari Abu Yusuf Abdullah bin salam RA, berkata : tatkala Nabi saw sampai ke kota madinah, banyak penduduk (madinah) berduyun-duyun menemuinya seraya berseru “telah datang Rasulullah saw” (3 kali), maka aku datang ke kerumunan itu untuk melihatnya, ketika aku melihat wajahnya maka aku mengetahui bahwa wajah itu bukanlah wajah seorang pembohong dan perkataan yang pertama kali aku dengar dari Beliau adalah : “Wahai manusia sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan, hubungkanlah tali kekerabatan dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang tengah tertidur engkau akan masuk surga dengan selamat.”
Itulah ajaran pertama Rasulullah di Madinah !
Siapakah yang tidak akan tertarik, jika wajah Islam tampil seperti ini, wajah yang humanis penuh damai?
Matan / redaksi hadis ini mengindikasikan bahwa Abu Yusuf Abdullah bin salam saat itu belum menjadi muslim, sehingga perlu mengamati Rasulullah sebagai seorang pembohong atau bukan,

Dalam ilmu hadits tidak disyaratkan seseorang mendengar hadist (perkataan Rasul saw) sedangkan dia saat itu kafir, tetapi wajib baginya ketika menyampaikan hadits dari Rasul SAW dalam keadaan muslim. Abdullah bin salam adalah seorang Yahudi ketika Rasul saw baru tiba di madinah. pada saat yang itu memang belum masuk islam. Makanya dia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasul SAW untuk mengetes apakah dia benar-benar Rasul atau bukan. Setelah dia masuk islam Rasul bertanya kepada orang-orang Yahudi, siapa Abdullah bin salam itu ? mereka menjawab : orang yang baik dan pembesar dari kami. Nabi bertanya : apa pendapat kalian jika dia ber-islam? mereka menjawab : kami memohon kepada Allah agar tidak terjadi. maka Abdullah berkata : aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. maka orang-orang yahudi tadi berkata: dia orang paling jelek diantara kita.
Belajar dari Kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa wajah Islam yang Humanis, manusiawi, toleran, tasamuh, saling menolong, ta’awun menimbulkan rasa hormat kawan dan lawan. Tidak mustahil, yang BENCI berubah CINTA MATI kepada Islam!...sebagaimana tokoh yahudi tadi, baiklah para dhulur silahkan di teruskan darusane saya mau pulang menghabiskan kolak pisang.... Assalamualaikum !”