Senin, 20 Juni 2016
BELAJAR TERAS MUSHOLA 4
13.23
No comments
BELAJAR TERAS MUSHOLA 4
Episisode: Mintalah, maka dia akan memberimu
Berilah, maka Dia akan mencukupkanmu
Sebagian para jama’ah sholat Shubuh sudah duduk melingkar di
teras mushola mengelilingi kopi dan beberapa piring jagung juga ketela rebus
yang sudah di tata rapi oleh kang Mi’an dan putranya. Memang Ahad Shubuh ini
giliran Kang Mi’an yang menyediakan kopi.
Tampak Kyai Semar sudah menyelesaikan wiridnya dan berjalan
menuju teras mushola.
“Wah, sudah pada ngumpul rupanya ini” kata Kyai Semar begitu
sampai diteras mushola sambil mengambil tempat untuk duduk bersila di samping
Kang Tarjo.
“Monggo Yai” kata Kang Tarjo sambil meletakkan secangkir
kopi di depan Kyai semar dan mendekatkan dua piring ketela dan jangung rebus
yang masih hangat.
“Terma kasih,... Bismillahirrohmanirrohiem” Kyai semar
mengangkat cingkir kopinya dan menyeruput lalu meletakkan kembali di tempat
semula.
“Kok Kang Dasran tidak kelihatan, apa dia baik-baik saja”
Tanya Kyai
“Dia sedang repot Kyai, mengantarkan anak laki-lakinya ke
kota cari kos-kosan, anaknya di terima di Politeknik” kata Kang Mi’an
menjelaskan
“Bukankah istrinya juga sedang sakit?” tanya Kang Jarot
“Benarkah?” tanya Kyai
“Benar Kyai, tapi isterinya menolak di bawa ke rumah sakit”
Kata Kang Makbul
Tampak Kyai semar diam mengangguk-anggukkan kepala. Dan
tidak lama kemudian mengusapkan tangan kanannya ke wajahnya sambil menarik
nafas. Kemudian berkata,
“Begini bapak-bapak sekalian..., itulah contoh perjuangan
dan pengorbanan seorang Ibu, dia tidak mau dibawa ke rumah sakit karena
putranya butuh biaya yang tidak sedikit untuk belajar...., Saudara kita Pak
Dasran sedang kesulitan, maka kita wajib membantunya. Apa kita tidak malu minta
kepada Allah agar kita diberi
kebahagiaan dunia akhirat, padahal kita sendiri tdak mau membantu kesulitan
saudara kita.
Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ
يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ
يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِى الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mu’min dari
berbagai kesulitan-kesulitan dunia, Allah akan menyelesaikan
kesulitan-kesulitannya di hari kiamat. Dan siapa yang memudahkan orang yang
sedang kesulitan niscaya akan Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat (HR.
Muslim)
Di teras ini minggu kemarin juga sudah kita pelajari bersama
bahwa Rasulullah SAW bersabda:
مَنْ كَانَ فِى
حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِى حَاجَتِهِ
Barangsiapa membantu keperluan saudaranya, maka Allah membantu
keperluannya. (Muttafaq 'alaih)
Nah, sekarang apa gunanya kalau kita “ngaji kalau tidak
ngiji”, apa gunanya kita membaca Al Qur’an dan hadits kalau tidak kita amalkan,
tidak kita praktekkan,... Pak Mi’an, tolong sampaikan kepada jama’ah, dari rumah
ke rumah untuk membantu Pak Dasran dan keluarganya, dan sebelum pak Mi’an
keliling, tolong ke rumahku terlebih dahulu” Kata Kyai sambil menatap Kang
Mi’an.
“Maaf Kyai, sebelum di dahului panjenengan, ini kebetulan
saya bawa uang. Tadi malam juragan Harto menebas seluruh kebun jagung saya”
Kata Gus Jack sambil menyerahkan beberapa lembar ratusan ribu rupiah. Kyai
Semar hanya mengangguk dan tersenyum.
BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 3
12.40
No comments
BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 3
Episode: DARUSAN BERSAMA
KYAI SEMAR
Jika Puasa, Apakah Kita Merasa Lebih Hebat dari Orang Yang Tidak
puasa ?
Sejak memasuki sepuluh Ramadahan terakhir, jama’ah laki-laki
sholat tarawih di Mushola Kyai Semar hanya tinggal tiga shof, itu pun shof
ketiga tidak penuh. Maklumlah, biasa, namanya juga babak final, pesertanya
pasti sudah banyak yang gugur. Sudah banyak yang dikalahkan oleh seribu alasan,
terutama shoping untuk persiapan Lebaran. Apalagi mumpung musim diskon. Lha, masak Tarawihnya gak didiskon
juga?
Kalau Jama’ah yang lain banyak yang Istirahat tarawih,
Justru Kang Bejo malah tampak semangat ikut tarawih. Bahkan sebelum Maghrib dia
sudah membantu menata ta’kjil. Padahal
dari awal puasa dia tidak tampak batang hidungnya. Tetapi seperti ada
yang aneh pada Kang Bejo, ketika menata ta’jil, raut mukanya kelihatan sedih
dan matanya berkaca-kaca menahan agar air matanya tidak jatuh. Tetapi kekuatan
fisik dan mentalnya tidak mampu menahan, air mata yang hanya beberapa tetes itu
tidak bisa dibendung. Menetes, mengalir. Semua itu tidak luput dari pengamatan
Sang Kyai Semar.
Malam ini sholat tarawih sudah selesai, sebagian ada yang
langsung pulang dan sebagian ada yang mengambil Mushaf Al Qur’an kemudian duduk
melingkar di Mushola itu untuk darusan. Tampak Kang Bejo, Kang Lukman, Kang
Hardi dan Gus Jack berada diantara jama’ah yang akan darusan itu. Begitu
Jama’ah hendak memulai darusan, terdengar ada suara berdehem. Semua jamaah yang
akan darusan segera berpaling ke arah suara berdehem di Imaman, rupanya Kyai
Semar yang berdehem dari imaman. Semua sudah maklum, pasti Kyai akan
menyampaikan sesuatu.
“Bapak-bapak dan saudara, malam ini saya akan ikut darusan.
Tapi Al Qur’annya ditutup dulu saja” Kata Kyai sambil membetulkan duduk bersilanya.
Para jama’ah saling pandang karena heran atas ucapan Kyai. Darusan kok disuruh
nutup Al Qur’an.
“Ma’af Kyai,.. Darusan kok Qur’anya ditutup? Kita ini tidak
ada yang hapal Kyai, apalagi kita sekarang sudah sampai Juz 19, Juz Amma saja
tidak hapal” Kata Gus Jack
“Hehehehe.... siapa yang ngajak hapalan?.... Darusan itu
artinya belajar, belajar itu tidak hanya membaca dan menghapal cah bagus...
tetapi juga memahami dan menerapkannya...”
“Nggih Kyai...” Kata Gus Jack
“Nah, salah satu bukti kita belajar al qur’an itu adalah
kita rela melaksanakan perintahNya, termasuk puasa Ramadhan. Apakah diantara
kalian tidak ada yang mokel, membatalkan puasa sampai saat ini?”
“Al hamdulillah tidak, Kyai” kata Gus Jack
“Saya juga Kyai” timpal Kang Hardi
Kyai manggangguk anggukan kepala lalu melihat Kang Bejo yang
menundukkan kepala.
“ Kamu kenapa kok kelihatan sadih Kang Bejo, apakah karena
Ramadhan hampir habis?” Tanya Kyai
Kang Bejo tidak segera menjawab. Ia mengangkat kepalanya
perlahan lalu menatap Kyai dan mengangguk.
“Memang begitulah seharusnya watak orang mukmin, merasa
sedih jika ramadhan akan berakhir, sehingga lebih giat ibadah”
“Bukan, bukan begitu Kyai..., saya sedih karena tidak pernah bisa puasa
sebulan penuh kyai, beberapa tahun lalu hingga tahun kemarin saya cuman bisa
puasa lima hari. Baru Ramadhan ini saya usahakann agar bisa sepuluh hari”
“Kenapa begitu Kang Bejo, Apakah kang Bejo tidak takut
dosa?” tanya Kang Hardi
“itulah yang membuat saya sedih kang Hard, Kang Hardi kan
tahu saya ini pekerja kasar dan berat,seharian di bawah terik matahari di
proyek bangunan di kota. Kalau saya puasa saya tidak bisa bekerja, itu berarti
anak-anak dan isteri saya tidak bisa makan sahur dan buka,...”
“Bejo............ Bejo. Benar-benar yang bejo itu bukan
hanya namamu Bejo, tapi juga iman dan Islammu, Setelah darusan ini mampirlah ke
rumah, tadi ada titipan dari Petruk, ambillah hakmu” Kata Kyai
“Maaf kang Bejo, ijinkan saya yang membayar fidyahmu selama
dua puluh hari itu” Kata Kang Lukman
“Dan ijinkan pula saya untuk membayar upah kerjamu selama
sepuluh hari yang kau tinggalkan untuk puasa ini” Kata Gus Jack
“Hehehehe... Bagaimana darusannya, lebih khusuk dan syahdu
kan?” Kata Kyai semar sambil bangkit dari duduknya.
(Kyai Semar segera pulang dan membuka facebook ingin tahu
apa jawaban dan komentar mereka yang
ikut darusan kali ini).
BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 2
12.29
No comments
DARUSAN BERSAMA KYAI SEMAR
Episode: Jangan Heran Kalau Mereka Benci Islam
“Stop, stop, stop... mandeko diluk...”
Tiba-tiba Kyai Semar yang dari tadi bersila di depan imaman sambil
menyimak orang-orang yang sedang darusan sehabis tarawih itu memerintahkan
untuk berhenti. Kang Lukman yang sedang membaca saat itu pun langsung berhenti.
Semua orang yang tadi duduk melingkar itu pun segera menghadap ke arah Kyai Semar.
“apakah ada bacaan yang salah Kyai?” tanya Kang Lukman
“Enggak... gak ada yang salah,.... apakah yang terakhir kamu baca itu
surat Al Baqarah ayat 97?” tanya Kyai semar. Mereka masing-masing segera
melihat ke Al Qura’an yang mereka pegang.
“Benar Kyai...”
“Tadi sore saya melihat berita di tipi, masih ada juga sekelompok orang
yang menampilkan wajah Islam dengan wajah kekerasan, yang sebenarnya wajah yang
tidak sesuai dengan nama Islam, nama yang penuh rahmat, kasih sayang.... Apakah
kalian tadi tidak ada yang melihatnya di tipi?”
“Saya tadi tidak lihat berita Kyai, kalah sama isteri dan ibu mertua yang
cinta sama sinetron” Jawab Gus Jack
“Lalu apa hubungannya dengan ayat yang saya baca tadi Kyai” tanya Kang
Lukman
“Gak ada hubungannya blass!” Jawab Kyai sambil tersenyum. Senyum khas
Kyai yang mempesona, senyum yang membuat beliau dijuluki Kyai Semar Mesem, yang
kemudian lebih populer disebut Kyai Semar. Banyak yang terperangah atas jawaban
Kyai. Karena sebelumnya mereka mengira Kyai akan menjlentrehkan ayat-ayat yang
baru saja dibaca.
“Begini para dulur semua” Kata Kyai selanjutnya,
“Aku cuman ingat sebuah hadist yang dibawa oleh seorang mantan tokoh
yahudi ketika Rasulullah SAW pertama kali datang Hijrah ke Madidah, Sebagaimana
terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat yang tadi kalian
baca itu..
عن أبي يوسف عبد الله
بن سلام رضي الله عنه قال: لما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس
قِـبَـله، وقيل: قد قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم -ثلاثا-، فجئت في الناس
لأنظر، فلما تبينت وجهه عرفت أن وجهه ليس بوجه كذاب، فكان أول شيء سمعته تكلم به
أن قال: (يا أيها الناس: أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلُوا الأرحام، وصلّوا
بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام) رواه أحمد والترمذي والحاكم، وصححه
الترمذي والحاكم ووافقه الذهبي
Dari Abu
Yusuf Abdullah bin salam RA, berkata : tatkala Nabi saw sampai ke kota madinah,
banyak penduduk (madinah) berduyun-duyun menemuinya seraya berseru “telah
datang Rasulullah saw” (3 kali), maka aku datang ke kerumunan itu untuk
melihatnya, ketika aku melihat wajahnya maka aku mengetahui bahwa wajah itu
bukanlah wajah seorang pembohong dan perkataan yang pertama kali aku dengar
dari Beliau adalah : “Wahai manusia sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan,
hubungkanlah tali kekerabatan dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang
tengah tertidur engkau akan masuk surga dengan selamat.”
Itulah
ajaran pertama Rasulullah di Madinah !
Siapakah
yang tidak akan tertarik, jika wajah Islam tampil seperti ini, wajah yang
humanis penuh damai?
Matan /
redaksi hadis ini mengindikasikan bahwa Abu Yusuf Abdullah bin salam saat itu
belum menjadi muslim, sehingga perlu mengamati Rasulullah sebagai seorang
pembohong atau bukan,
Dalam ilmu
hadits tidak disyaratkan seseorang mendengar hadist (perkataan Rasul saw)
sedangkan dia saat itu kafir, tetapi wajib baginya ketika menyampaikan hadits
dari Rasul SAW dalam keadaan muslim. Abdullah bin salam adalah seorang Yahudi
ketika Rasul saw baru tiba di madinah. pada saat yang itu memang belum masuk
islam. Makanya dia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasul SAW untuk
mengetes apakah dia benar-benar Rasul atau bukan. Setelah dia masuk islam Rasul
bertanya kepada orang-orang Yahudi, siapa Abdullah bin salam itu ? mereka
menjawab : orang yang baik dan pembesar dari kami. Nabi bertanya : apa pendapat
kalian jika dia ber-islam? mereka menjawab : kami memohon kepada Allah agar
tidak terjadi. maka Abdullah berkata : aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. maka orang-orang yahudi tadi
berkata: dia orang paling jelek diantara kita.
Belajar dari
Kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa wajah Islam yang Humanis,
manusiawi, toleran, tasamuh, saling menolong, ta’awun menimbulkan rasa hormat
kawan dan lawan. Tidak mustahil, yang BENCI berubah CINTA MATI kepada Islam!...sebagaimana
tokoh yahudi tadi, baiklah para dhulur silahkan di teruskan darusane saya mau
pulang menghabiskan kolak pisang.... Assalamualaikum !”