Senin, 20 Juni 2016
BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA 2
12.29
No comments
DARUSAN BERSAMA KYAI SEMAR
Episode: Jangan Heran Kalau Mereka Benci Islam
“Stop, stop, stop... mandeko diluk...”
Tiba-tiba Kyai Semar yang dari tadi bersila di depan imaman sambil
menyimak orang-orang yang sedang darusan sehabis tarawih itu memerintahkan
untuk berhenti. Kang Lukman yang sedang membaca saat itu pun langsung berhenti.
Semua orang yang tadi duduk melingkar itu pun segera menghadap ke arah Kyai Semar.
“apakah ada bacaan yang salah Kyai?” tanya Kang Lukman
“Enggak... gak ada yang salah,.... apakah yang terakhir kamu baca itu
surat Al Baqarah ayat 97?” tanya Kyai semar. Mereka masing-masing segera
melihat ke Al Qura’an yang mereka pegang.
“Benar Kyai...”
“Tadi sore saya melihat berita di tipi, masih ada juga sekelompok orang
yang menampilkan wajah Islam dengan wajah kekerasan, yang sebenarnya wajah yang
tidak sesuai dengan nama Islam, nama yang penuh rahmat, kasih sayang.... Apakah
kalian tadi tidak ada yang melihatnya di tipi?”
“Saya tadi tidak lihat berita Kyai, kalah sama isteri dan ibu mertua yang
cinta sama sinetron” Jawab Gus Jack
“Lalu apa hubungannya dengan ayat yang saya baca tadi Kyai” tanya Kang
Lukman
“Gak ada hubungannya blass!” Jawab Kyai sambil tersenyum. Senyum khas
Kyai yang mempesona, senyum yang membuat beliau dijuluki Kyai Semar Mesem, yang
kemudian lebih populer disebut Kyai Semar. Banyak yang terperangah atas jawaban
Kyai. Karena sebelumnya mereka mengira Kyai akan menjlentrehkan ayat-ayat yang
baru saja dibaca.
“Begini para dulur semua” Kata Kyai selanjutnya,
“Aku cuman ingat sebuah hadist yang dibawa oleh seorang mantan tokoh
yahudi ketika Rasulullah SAW pertama kali datang Hijrah ke Madidah, Sebagaimana
terdapat dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir ketika menafsirkan ayat yang tadi kalian
baca itu..
عن أبي يوسف عبد الله
بن سلام رضي الله عنه قال: لما قدم النبي صلى الله عليه وسلم المدينة انجفل الناس
قِـبَـله، وقيل: قد قدم رسول الله صلى الله عليه وسلم -ثلاثا-، فجئت في الناس
لأنظر، فلما تبينت وجهه عرفت أن وجهه ليس بوجه كذاب، فكان أول شيء سمعته تكلم به
أن قال: (يا أيها الناس: أفشوا السلام، وأطعموا الطعام، وصِلُوا الأرحام، وصلّوا
بالليل والناس نيام، تدخلوا الجنة بسلام) رواه أحمد والترمذي والحاكم، وصححه
الترمذي والحاكم ووافقه الذهبي
Dari Abu
Yusuf Abdullah bin salam RA, berkata : tatkala Nabi saw sampai ke kota madinah,
banyak penduduk (madinah) berduyun-duyun menemuinya seraya berseru “telah
datang Rasulullah saw” (3 kali), maka aku datang ke kerumunan itu untuk
melihatnya, ketika aku melihat wajahnya maka aku mengetahui bahwa wajah itu
bukanlah wajah seorang pembohong dan perkataan yang pertama kali aku dengar
dari Beliau adalah : “Wahai manusia sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan,
hubungkanlah tali kekerabatan dan sholatlah pada waktu malam ketika orang-orang
tengah tertidur engkau akan masuk surga dengan selamat.”
Itulah
ajaran pertama Rasulullah di Madinah !
Siapakah
yang tidak akan tertarik, jika wajah Islam tampil seperti ini, wajah yang
humanis penuh damai?
Matan /
redaksi hadis ini mengindikasikan bahwa Abu Yusuf Abdullah bin salam saat itu
belum menjadi muslim, sehingga perlu mengamati Rasulullah sebagai seorang
pembohong atau bukan,
Dalam ilmu
hadits tidak disyaratkan seseorang mendengar hadist (perkataan Rasul saw)
sedangkan dia saat itu kafir, tetapi wajib baginya ketika menyampaikan hadits
dari Rasul SAW dalam keadaan muslim. Abdullah bin salam adalah seorang Yahudi
ketika Rasul saw baru tiba di madinah. pada saat yang itu memang belum masuk
islam. Makanya dia mengajukan beberapa pertanyaan kepada Rasul SAW untuk
mengetes apakah dia benar-benar Rasul atau bukan. Setelah dia masuk islam Rasul
bertanya kepada orang-orang Yahudi, siapa Abdullah bin salam itu ? mereka
menjawab : orang yang baik dan pembesar dari kami. Nabi bertanya : apa pendapat
kalian jika dia ber-islam? mereka menjawab : kami memohon kepada Allah agar
tidak terjadi. maka Abdullah berkata : aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan
kecuali Allah dan Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. maka orang-orang yahudi tadi
berkata: dia orang paling jelek diantara kita.
Belajar dari
Kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran, bahwa wajah Islam yang Humanis,
manusiawi, toleran, tasamuh, saling menolong, ta’awun menimbulkan rasa hormat
kawan dan lawan. Tidak mustahil, yang BENCI berubah CINTA MATI kepada Islam!...sebagaimana
tokoh yahudi tadi, baiklah para dhulur silahkan di teruskan darusane saya mau
pulang menghabiskan kolak pisang.... Assalamualaikum !”
0 komentar:
Posting Komentar