Rabu, 08 Juni 2016

BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA



BELAJAR DARI TERAS MUSHOLA
Episode : Inilah  Cermin Ramadhan

Belum selesai Kyai Semar mengucapkan salam menutup Sholat Maghrib terdegar hujan mengguyur deras hingga selesai wiridan belum juga hujan reda, malah bertambah deras disertai angin. Para jama’ah tidak ada yang pulang. Sebagian ada yang mengambil Al qur’an dan sebagian ada yang duduk-duduk di teras yang cukup luas, termasuk Gus Jack yang memakai sarung dan peci baru.
“Sarung dan pecinya Keren Gus” kata Kang M’ian
“Sebentar lagi kan Ramadhan, untuk persiapan tarawih” jawab Gus Jack
“Sampeyan semua juga sudah siap-siap kan?” kata Gus Jack kemudian
“Kalau aku beli sembako yang cukup saja Gus, kuatir harganya naik lagi” jawab kang Mi’an
“Saya juga,.. masak tiap Ramadhan harga sembako mahal, padahal tentara kita katanya tambah kuat dan bisa mengantisipasi musuh,... kok masih kalah ya dan bisa dijebol dengan harga sembako mahal...”
“Sik sik Kang Makbul, apa hubunganya tentara dan harga sembako?” potong Gus Jack
“Lho harga sembako mahal kan musuh rakyat juga, hehehehe ...” Jawab Kang Makbul sambil tertawa.
“Benar Juga, lagi pula kita kan sekarang perangnya melawan perut, bukan lawan musuh besenjata” kata kang Jarot menimpali sambil menyulut dji sam soenya untuk mengusir dingin lalu meletakkan kretek itu di depan teman-temanya duduk. Gus Jak mengambilnya sebatang lalu di lemparkan ke Kang Mi’an.
“Lha tapi aneh juga ya,..” kata Gus jack sambil menyulut kreteknya yang sudah bertengger di pojok bibirnya.
“Aneh apanya Gus,” tanya Kang Makbul
“Kita di Bulan puasa kan mengurangi makan, kalau sembako tambah mahal itu tandanya permintaan di pasar tinggi. Jangan-jangan kita yang salah, siang kita puasa malam kita makannya tidak wajar.. apakah puasa kita seperti ini?”

0 komentar:

Posting Komentar